Highlight

6/random/ticker-posts

Header Ads Widget

sumutonline'

Siap-siap !! Malam Ini Hujan Meteor Lyrid

Puncak hujan meteor Lyrid tahun 2012. Astronot Don Pettit di Stasiun Luar Angkasa Internasional mengarahkan kamera videonya ke Bumi di bawahnya. Rekaman dari malam itu kini memperlihatkan gambar Bumi yang menakjubkan di malam hari dengan meteor yang terbakar di atmosfer. (Foto : NASA/JSC/D. Pettit)

Jakarta, Sumol - Puncak hujan meteor Lyrid, salah satu hujan meteor tertua dan telah diamati selama 2.700 tahun diprediksi akan terjadi malam ini, 21 April 2025 hingga 22 April 2025 yang bertepatan dengan Hari Bumi. Waktu terbaik untuk menyaksikan fenomena ini dari wilayah Indonesia adalah mulai pukul 23.00 WIB pada tanggal 21 April hingga sekitar pukul 05.00 WIB keesokan harinya.

Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Siaran Pers Nomor 109/SP/HM/BKPUK/XI/2024. Hujan meteor Lyrid merupakan salah satu fenomena astronomi tahunan yang paling ditunggu oleh para pengamat langit. Fenomena ini berasal dari sisa debu Komet C/1861 G1 Thatcher, sebuah komet yang ditemukan oleh astronom amatir AE Thatcher pada abad ke-19 pada 5 April 1861 . Komet tersebut mengorbit Matahari setiap 415,5 tahun dan terakhir kali mendekati Matahari pada tahun 1861.

Dari Mana Meteor Berasal?

Meteor berasal dari partikel komet yang tersisa dan pecahan asteroid yang pecah. Saat komet mengelilingi Matahari, mereka meninggalkan jejak debu di belakangnya. Setiap tahun Bumi melewati jejak puing-puing ini, yang memungkinkan serpihan-serpihan tersebut bertabrakan dengan atmosfer kita dan hancur berkeping-keping, menciptakan garis-garis berwarna-warni yang menyala-nyala di langit.

Fenomena ini dikenal karena kilatannya yang cepat dan sesekali meninggalkan jejak cahaya bercahaya selama beberapa detik. Data dari NASA menunjukkan bahwa puncak intensitas meteor terjadi pada 22 April 2025 sekitar pukul 16.00 UTC.

Namun, Pada waktu tersebut, langit masih cukup gelap dan titik radian hujan meteor—yaitu titik asal munculnya meteor—sudah cukup tinggi di langit. Pengamat bisa menyaksikan sekitar 18 meteor per jam pada saat puncaknya, angka ini dikenal sebagai Zenithal Hourly Rate (ZHR).

Cara Terbaik Menyaksikan Hujan Meteor Lyrid

Untuk menikmati hujan meteor Lyrid dengan maksimal, ada beberapa hal yang bisa kamu persiapkan:

1. Cari Lokasi Gelap dan Terbuka Hindari lokasi yang terkena polusi cahaya seperti lampu jalan atau lampu kota. Lokasi di pedesaan, pegunungan, atau pantai biasanya menjadi pilihan terbaik.

2. Setibanya di lokasi, beri waktu sekitar 15-20 menit agar mata terbiasa dengan kegelapan. Hindari melihat layar ponsel selama proses ini.

3. Siapkan Perlengkapan Nyaman Karena pengamatan dilakukan tengah malam hingga dini hari, bawalah jaket hangat, selimut, atau kursi santai untuk berbaring. Camilan, minuman hangat, dan lotion anti-nyamuk juga bisa meningkatkan kenyamanan. 4. Gunakan Kamera Jika Ingin Mendokumentasikan Kamera dengan kemampuan long exposure dan tripod bisa membantu kamu mengabadikan meteor yang melintas.

Mengapa Hujan Meteor Lyrid Spesial? Hujan meteor Lyrid merupakan salah satu hujan meteor tertua yang pernah tercatat dalam sejarah. Catatan tentang fenomena ini bahkan telah ditemukan pada zaman Tiongkok kuno, sekitar 2.700 tahun lalu. Meski intensitasnya tidak setinggi hujan meteor Perseid atau Geminid, Lyrid tetap menarik karena kerap menghadirkan meteor-meteor terang yang disebut "Lyrid fireballs".

Selain itu, waktu terjadinya yang bertepatan dengan Hari Bumi (Earth Day) pada 22 April menjadikan Lyrid sebagai simbol refleksi akan hubungan antara manusia dan alam semesta. Secara umum seluruh wilayah Indonesia berpotensi menyaksikan hujan meteor Lyrid asalkan langit cerah dan bebas awan. Namun, lokasi yang minim cahaya buatan akan memberikan pengalaman observasi yang jauh lebih baik. (UPL/science.nasa)